Friday, May 2, 2014
Bubble
Aku sudah menikmati 33 tahun bernafas dan merasakan dunia. Melihat dan belajar banyak hal. Kadang melakukan hal-hal bodoh, dan bodohnya melakukannya lagi, dan lagi. Seperti jatuh cinta.
Jatuh cinta dengan orang-orang yang salah sudah seperti kebiasaan. Jadi mengalami pengalaman menjadi pacar, simpanan, istri, dan apa saja namanya. Bukan secara nyata. Hubungannya ada, tapi bias bentuknya.
I know how differentiate right from wrong, yet still doing so. I know that i should take care of myself, but i didnt do it. I know i shouldn't falling for youngsters well i did it. I know its bad to involved with someone elses husband, well i find it a challenge.
At the end of the day, i cry my heart out. I call it addiction. Searching for love. Despite of all i tend to get lust. Am I let my self did it on purpose?Does my mind fooled me?
Ayah selalu berkaca-kaca saat dia menyebut ibu dan meminta dikuburkan satu liang dengan ibu. Tapi cerita tentang ayah tidak semesra permintaannya. Ayah baru diterima keluarga ibu ketika kakak ku lahir. Cucu dari anak kesayangan yang menikahnya saja harus mewalikan dengan surat bertanda tangan kakek yang di minta bude di kertas putih dengan alasan untuk pengurusan sebuah surat. Lalu ayah menikah dengan ibu dengan wali pamanku dari pihak istri pakde yang masih saudara. Dengan alasan kakekku sudah menyetujui dan pamanku sedang tidak enak badan. Padahal alasan sebenarnya adalah takut pada nenekku yang sangat memanjakan ibuku.
Aku terus mencari panutan terbaik dengan mengamati semua pasangan dalam keluargaku dan teman-temanku. Tidak ada yang sempurna.
Pencarian butuh pengorbanan ekstra. jalan buntu. tangis. darah. dan hati yang patah. harapan yang punah. luka yang sisa.
Sayangnya semangat mencari nya hampir kehabisan baterai. Semoga Allah segera mendatangkan penolong.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment